Jakarta, CNBC Indonesia – Dua indeks acuan Bursa Wall Street pada perdagangan Kamis malam atau Jumat dini hari waktu Indonesia berhasil dibuka menghijau setelah terkapar merah dua hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, Nasdaq Composite dibuka melonjak nyaris 1% atau 138,9 poin ke posisi 14.994,52, kemudian disusul indeks S&P 500 dibuka menguat 20,89 poin atau 0,44% menuju 4760,10.
Sementara, indeks yang menaungi 30 emiten yakni Dow Jones Industrial Average Index (DJI) dibuka merosot 74,92 poin atau 0,20% ke posisi 37.191,75.
Penguatan S&P 500 dan Nasdaq disinyalir berkat lonjakan saham chip. Pada pra perdagangan malam ini Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) berhasil loncat 7,7%, setelah pembuat semikonduktor kontrak terbesar di dunia itu memproyeksikan pertumbuhan pendapatan lebih dari 20% pada tahun 2024.
Berikutnya, ada saham chip lain seperti Nvidia (NVDA), Microchip Technology (MCHP), Marvell Technology (MRVL) dan Advance Micro Devices (AMD), yang semuanya dibuka lompat lebih dari 2%.
Selain itu, ada beberapa saham dengan kapitalisasi jumbo yang ikut mengerek kekuatan bursa Wall Street, diantaranya saham emiten gawai pintar terbesar di dunia, Apple (AAPL) dibuka menguat di atas 2%.
Penguatan saham AAPL terjadi setelah BofA Global Research meningkatkan rating saham pembuat iPhone tersebut menjadi “beli” dari “netral”, ini merupakan peningkatan peringkat pertama di tahun ini.
Saham mega cap lain juga dibuka menguat seperti Microsoft (MSFT), Tesla (TSLA), Meta Platforms (META) antara 0,1% sampai 0,4%.
Kendati demikian, pergerakan pasar hari ini masih diselimuti prospek sikap bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan akan lebih lama melonggarkan kebijakan moneternya.
Hal tersebut lantaran kondisi ekonomi AS masih panas, tercermin dari data penjualan ritel pada akhir tahun lalu yang naik, diikuti inflasi pada periode yang sama juga naik diluar dugaan.
Ditambah juga dengan data pasar tenaga kerja yang masih ketat, bahkan pada malam ini Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 16.000, menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2023, ini menandai level terendah sejak September 2022.
Ekonomi AS yang terbilang jauh dari resesi ini disepakati Robert Pavlik, Senior manajer portofolio Dakota Wealth yang mengatakan pasar tenaga kerja masih kuat mengindikasikan perekonomian AS masih kuat.
“Pasar masih kuat, pengusaha masih ragu-ragu untuk memberhentikan pekerjanya; ini merupakan indikasi perekonomian yang masih tumbuh,” kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth.
Pelaku pasar sekarang melihat peluang hampir 60% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Maret, lebih rendah dari kemungkinan lebih dari 80% pada bulan lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Investor juga akan menganalisis komentar Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang merupakan anggota pemungutan suara tahun ini, untuk mendapatkan isyarat mengenai waktu penurunan suku bunga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Pasar Wait and See Inflasi AS, Wall Street Dibuka Variatif
(tsn/tsn)