Jakarta, CNBC Indonesia – Baru saja beranjak lima tahun sejak Pasar Buku Kenari diresmikan oleh mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan saat ia masih menjabat pada 2019 lalu. Kini kondisi Pasar Buku Kenari seakan terlupakan.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di lokasi pada Kamis (25/1/2024), suasana sentra buku yang terletak di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat terpantau sepi dan lengang dari pengunjung. Tak ada satu pun terlihat pengunjung yang datang hanya untuk sekedar melihat-lihat, apalagi untuk membeli. Padahal, Pasar Buku Kenari ini terletak di jantung ibu kota dan akses menuju ke sana nya pun mudah dijangkau dengan transportasi umum.
Pasar Buku Kenari juga berlokasi tidak jauh dari Universitas Indonesia (UI) Salemba. Namun, lokasi yang hampir berdekatan dengan perguruan tinggi itu tak kunjung membuat sentra buku ini menjadi ramai.
Berdasarkan pengakuan para pedagang di Pasar Buku Kenari, dulunya sentra buku ini memiliki fasilitas yang lengkap dan nyaman, bahkan disediakan juga ruang membaca untuk para pengunjung yang datang.
Namun sayangnya, saat CNBC Indonesia berkunjung ke sana, kondisi demikian sudah tidak bisa ditemui lagi. Suasana panas dan pengap menyelimuti lantai 3 gedung Pasar Kenari, ruang membaca yang seharusnya disediakan sofa pun kini hanya beralaskan rumput sintetis, pencahayaan yang gelap, jumlah kios-kios buku yang terdapat 65 kios pun kini yang buka hanya tinggal sekitar 10 kios.
“Kalau dulu itu bahkan ada meja di tengah, terus di taman itu tadinya ada isinya, ada buku-bukunya juga, ada rak nya juga. Cuma sekarang semenjak pandemi kan nggak boleh dekat-dekat, jadi itu diungsikan dulu, terus yaudah keterusan sampai sekarang, karena kondisi pengunjung nya juga seperti ini, nggak ada,” ucap Sari, salah seorang pedagang di Pasar Buku Kenari.
Sari juga menyebut, dulunya di lantai 3 Pasar Buku Kenari juga banyak digelar acara dan bahkan terdapat sebuah kafe, sehingga banyak pengunjung yang berdatangan.
“Kalau dulu itu, di bagian tengah (lantai 3) suka banyak acara. Di situ ada sofa, di cafe juga ada sofa. Jadi sambil baca sambil duduk di cafe seharian itu bisa,” tuturnya.
Namun kini, sebut Sari, kafe yang tadinya menjadi salah satu daya tarik Pasar Buku Kenari, sekarang sudah tutup, dan sentra buku ini pun menjadi sepi pengunjung.
“Sekarang sih pengunjung yang datang paling 3 orang, tapi kan itu belum tentu beli juga, kayak muter-muter dulu yang spesifik dia cari. Tapi kadang-kadang nggak ada sama sekali pengunjung yang datang. Sekarang tuh (sentra buku ini) lagi terlupakan banget. Ini saja banyak yang tutup karena banyak yang pindah,” ungkap Sari.
Hal senada juga disampaikan pedagang lainnya, Syamsul. Ia mengatakan, karena kondisi pasar yang semakin hari semakin sepi, kini Pasar Buku Kenari mulai ditinggal oleh pedagangnya.
“Rata-rata mereka ada yang balik lagi ke asalnya, ke Kwitang atau Terminal Senen. Karena di sana kan lebih ramai, lebih menjanjikan. Kalau di sini mah sebagian besar cuma buat dijadiin gudang saja, mereka yang di sini lebih bergantung ke online. Karena penjualannya lebih ke online,” sebut Syamsul.
Untuk diketahui, Pasar Buku Kenari dibangun Pemprov DKI Jakarta kala itu untuk menampung sebagian besar para pedagang buku dari kawasan Kwitang dan Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Dengan demikian, para pedagang pun berharap Pasar Buku Kenari mulai dipromosikan dan diinformasikan kembali ke masyarakat, karena menurut mereka saat ini mungkin banyak masyarakat yang belum mengetahui ihwal adanya sentra buku yang berlokasi di Lantai 3 Pasar Kenari.
“Harapannya sih ramai lagi ya. Kita minta dipromosikan lagi. Tapi nggak tau deh, mungkin PD Pasar Jaya juga nggak ada dana buat promosiin ini. Kalau dipromosikan kan jadi orang tahu dan datang gitu. Sekarang mungkin banyak orang yang nggak tahu kalau di sini ada toko buku atau bagaimana,” ucap Sari..
[Gambas:Video CNBC](hsy/hsy)