Krisis Pangan, Keluarga di Gaza Terpaksa Makan Pakan Ternak

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu keluarga pengungsi di wilayah utara Gaza, Palestina, terpaksa menggunakan pakan ternak untuk mengganti tepung sebagai bahan makanan demi bertahan hidup di tengah krisis bahan makanan.

Melansir laporan The New York Times, Um Mohammad Abu Awwad mengaku bahwa keluarganya yang mengungsi di wilayah utara Gaza tidak berhasil menemukan tepung untuk dibeli dan dikonsumsi selama berminggu-minggu.

Menurut perempuan berusia 35 tahun itu, kalaupun ada tepung yang tersedia, harganya sangat mahal. Satu kantong atau tas berisi tepung dibanderol sekitar US$200 atau sekitar Rp3,12 juta (asumsi kurs Rp15.611/US$). Harga itu dinilai sangat mustahil bagi keluarga Abu Awwad karena mereka tidak memiliki penghasilan di tengah agresi militer Israel.

Abu Awwad mengatakan bahwa ia terpaksa menggunakan penggilingan jerami dan pakan ternak untuk menggantikan tepung sebagai bahan pangan. Namun, ia turut mengatakan bahwa pakan ternak turut menjadi lebih mahal.

“Kami membutuhkan makanan dan air untuk menjaga anak-anak kami agar tetap hidup,” kata Abu Awwad, dikutip Minggu (10/2/2024).

“Orang dewasa bisa bertahan hidup, tapi anak-anak sekarat karena kelaparan,” imbuhnya.

Sebelumnya, World Food Programme (WFP) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa kelaparan tengah mengancam lebih dari setengah juta orang di Gaza. Pada Januari lalu, WFP memperingatkan bahwa seluruh penduduk Gaza, yakni sekitar 2,2 juta orang menderita krisis pangan atau lebih buruk lagi.

Pada akhir Desember, badan tersebut mengatakan bahwa sembilan dari 10 orang makan kurang dari satu kali sehari. Lalu, situasinya memburuk saat tim bantuan tengah berjuang untuk menyalurkan sedikit bantuan yang masuk ke Gaza.

“Jika Anda ingin menghindari kelaparan, Anda perlu memastikan bahwa masyarakat memiliki makanan setiap hari,” kata Direktur W.F.P. untuk wilayah Palestina, Matthew Hollingworth.

Saat ini, lembaga-lembaga tersebut menghadapi kendala dalam mendistribusikan bantuan yang masuk ke Gaza, termasuk jalan-jalan yang tidak dapat dilalui akibat pemboman dan operasi militer Israel.

Namun, W.F.P. mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan sekotak ransum 10 hari, tepung terigu, dan makanan hangat kepada sekitar 1,3 juta orang pada Januari lalu.

Dilaporkan, hampir 300 ribu orang Di Gaza utara yang dinilai paling membutuhkan bantuan “hampir seluruhnya tidak mendapat bantuan”.

Menurut data terbaru, Al Jazeera melaporkan bahwa setidaknya 28.064 orang tewas dan 67.611 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu. Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Gencatan Senjata Berakhir, Israel Lanjut Bombardir Gaza


(fsd/fsd) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *