Bandung–
Traveler yang kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung pasti tahu Gedung Isola. Gedung itu menyimpan sejarah kelam pemiliknya. Seperti apa kisahnya?
Di dalam kompleks Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, terdapat bangunan cagar budaya yang sangat ikonik. Namanya Gedung Isola atau dikenal juga dengan Villa Isola.
Gedung itu dibangun oleh Dominique Willem Berretty, seorang wartawan dan pemilik kantor berita Algemeen Nieuws- en Telegraaf-Agentschap atau disingkat ANETA. Berretty menunjuk Wolff Schoemaker sebagai arsitek untuk membangun vila itu pada Oktober 1932.
Tak butuh waktu lama bagi Schoemaker untuk membangun Vila Isola. Hanya dalam waktu kurang dari satu tahun saja, vila itu sudah jadi.
Alasan Berretty Membangun Villa Isola
Konon, alasan Berretty membangun Villa Isola karena ingin mengasingkan diri atau menyendiri. Hal itu dilihat dari nama bangunannya Isola yang diambil dari falsafah bahasa Italia yaitu “M Isollo E Vivo” yang berarti “Aku mengasingkan diriku dan hidup dalam kesendirian”
Namun, ada juga yang menyebut Berretty membangun Villa Isola untuk pembuktian kepada orang-orang Eropa. Saat itu, Berretty selalu dipandang sebelah mata di Hindia Belanda hanya karena dia seorang half blood, alias berdarah campuran antara Italia dan Jawa.
Berretty lahir dari bapak orang Italia dan ibu orang Jawa. Di zaman itu, orang-orang yang lahir dari perkawinan campur dipandang rendah oleh orang-orang yang lahir dari ras murni. Dengan membangun Vila Isola yang megah, Berretty ingin dipandang setara dengan orang-orang kelas atas Eropa.
Berretty Tewas Kecelakaan Pesawat
Sayangnya, Berretty tidak bisa menikmati megahnya Villa Isola dalam waktu yang lama. Pasalnya, pada 20 Desember 1934, Berretty tewas dalam kecelakaan pesawat di kota Rutba, Irak, dekat perbatasan dengan Suriah.
Ada banyak rumor-rumor mengenai kematian Berretty. Konon, pesawat tersebut jatuh karena ditembak oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Cornelis de Jonge. Dia menembak pesawat tersebut karena Berretty dianggap sebagai mata-mata Jepang.
De Jonge juga disebut tidak suka dengan monopoli yang dijalankan Berretty di ANETA. Rumornya lagi, Berretty pernah menjalin hubungan asmara dengan anak de Jonge sebelum akhirnya kandas, karena tidak direstui oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu.
Namun rumor-rumor itu dibantah oleh Rahmat Kurnia, penulis buku Villa Isola, Yang Bertahan Bersama Waktu. Dari hasil risetnya, rumor-rumor itu tidak ada dasarnya.
“Tidak ada fakta yang mendukung ke arah sana (pesawat ditembak). Berdasarkan penyelidikan, tidak ada bukti pesawat ditembak. Pembuktiannya adalah pesawat itu kecelakaan kemungkinan besar terkena petir karena pada saat itu sedang badai. Orang memang berasumsi dia (Berretty) mata-mata Jepang. (soal rumor hubungan dengan anak de Jonge), bisa dipastikan itu mah gosip karena tidak ada buktinya,” tegas Rahmat Kurnia.
Villa Isola Setelah Berretty Tiada
Setelah Berretty meninggal, kepemilikan Vila Isola berada di bawah Coquita, istrinya yang terakhir dan juga anak-anak Berretty. Sementara untuk kepengurusan diambil alih oleh sekretaris Berretty bernama Hans Dokkum.
Namun ternyata, Villa Isola dibangun menggunakan uang hutang dari bank. Karena masih dalam agunan, Villa Isola akhirnya disewakan kepada Rr. J. van Es, pemilik Hotel Homann pada tahun 1936. Dia kemudian menjadikan Vila Isola sebagai Hotel Homann.
Menjelang perang dunia II, Vila Isola tidak lagi berfungsi sebagai hotel. Pasalnya, Belanda datang dan mengambil alih bangunan tersebut.
Jepang kemudian mengambil alih bangunan tersebut ketika datang menjajah Indonesia. Ketika dikuasai Jepang, fungsi Villa Isola beberapa kali berubah, mulai dari markas militer Jepang hingga dijadikan sebagai Museum Peringatan Perang Jawa.
Akhirnya, pada tahun 1954, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan membeli Vila Isola ke keluarga Kofman, anak dari dari istri pertama Berretty seharga Rp 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
Pada 20 Oktober 1954, Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan (PP&K) saat itu, Muhammad Yamin, akhirnya meresmikan Vila Isola sebagai lokasi lokasi Perguruan Tinggi Guru (PTPG) Bandung yang kini menjadi UPI Bandung.
Kisah Horor Villa Isola
Di balik sejarah kelam Berretty dan Villa Isola, tersimpan juga mitos horor yang beredar di masyarakat Bandung. Konon, Vila Isola merupakan bangunan yang angker dan sering terjadi penampakan hantu.
Ada desas-desus tentang salah seorang anak perempuan Berretty yang tewas bunuh diri dengan cara gantung diri di salah satu pohon besar di halaman Villa Isola.
Selain itu, channel youtube horor Jurnal Risa yang pernah membuat konten seram di Vila Isola membuat masyarakat menganggap Vila Isola sebagai tempat yang penuh mistis.
Namun, Rahmat Kurnia menyangkal semua gosip tersebut. Ia mengatakan semua gosip tersebut palsu, termasuk desas-desus bunuh diri seorang anak perempuan Berretty.
“Itu hanya buatan masyarakat aja. Orang jadi percaya kalau ada yang pernah meninggal di situ (Vila Isola),” pungkasnya.
Simak Video “Mengenal Sejarah Kapal Pinisi yang Muncul di Google Doodle”[Gambas:Video 20detik](wsw/wsw)