Jakarta–
Musim dingin di Kashmir tidak sepenuhnya dingin akhir-akhir ini, sampai-sampai salju tidak turun. Resor ski di kawasan deretan pegunungan Himalaya itu, mulai gundah kehilangan pesona utamanya.
Selama 17 tahun mengelola sebuah hotel di Gulmarg, sebuah kota yang indah di Kashmir, Manzoor Ahmad, dari India, baru sekali ini dibuat tidak berdaya. Pegunungan yang biasanya putih dengan hamparan salju, kini berwarna coklat dan tandus.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pria berusia 50 tahun itu.
Efek tidak ada salju langsung terasa bagi hotel dan resor di sana. Turis-turis berhenti melakukan reservasi hotel.
Setiap tahun, ribuan wisatawan mengunjungi Kashmir pada musim dingin untuk menikmati ski, kereta luncur, dan bermain salju. Tetapi, ski dan bermain-main salju tidak bisa dilakukan tahun ini.
Data menunjukkan, hampir 100.000 wisatawan mengunjungi Kashmir pada bulan Januari 2023, tetapi tahun ini jumlah tersebut anjlok, turis yang datang kurang dari setengahnya.
Para ahli mengatakan bahwa musim dingin tanpa salju ini akan berdampak buruk pada perekonomian wilayah ini karena sektor pariwisata menyumbang sekitar 7% dari PDB Jammu dan Kashmir.
Situasi itu juga akan berdampak pada pertanian dan pasokan air. Curah salju yang sedikit tidak akan memadai mengisi cadangan air tanah.
Para ahli lingkungan mengatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrim dan musim kemarau yang berkepanjangan di musim dingin dan musim panas.
Departemen cuaca Jammu dan Kashmir mencatat defisit curah hujan sebesar 79% di bulan Desember dan defisit 100% di bulan Januari.
Lembah itu juga mengalami cuaca yang lebih hangat, dengan sebagian besar stasiun di Kashmir mencatat kenaikan suhu sebesar 6-8C pada musim dingin ini.
Pemilik hotel mengatakan bahwa para turis telah membatalkan reservasi. Turis-turis yang datang juga akhirnya pulang lebih awal.
“Lebih dari 40% reservasi hotel telah dibatalkan dan pemesanan baru saat ini sedang ditunda,” kata Aqib Chaya, presiden Gulmarg Hoteliers Club.
Wilayah itu biasanya diguyur hujan salju lebat selama puncak musim dingin. Periodenya 40 hari, berlangsung dari 21 Desember hingga 29 Januari. Selama periode itu, gunung-gunung dan gletser akan tertutup salju dan hal ini memastikan pasokan air sepanjang tahun.
Beberapa ahli mengatakan bahwa curah hujan salju di wilayah ini telah menurun selama beberapa tahun terakhir.
“Sebelum tahun 1990-an, kita akan menyaksikan hujan salju lebat hingga 3 kaki (0,9 meter) dan salju tidak akan mencair sampai musim semi. Tapi sekarang kita menyaksikan musim dingin yang hangat,” kata Shakil Ahmad Romshoo, seorang ilmuwan bumi.
Ia adalah salah satu dari mereka yang percaya bahwa lembah Kashmir menghadapi “beban” dari perubahan iklim.
Penduduk setempat terus berharap akan adanya keajaiban pada musim dingin ini. Sementara itu, departemen cuaca belum memperkirakan akan turunnya hujan salju lebat hingga 24 Januari.
Simak Video “COP28 Sepakati Pendanaan Kerusakan Iklim di Negara Berkembang”[Gambas:Video 20detik](msl/fem)