Sejak perang Israel-Hamas meletus 7 Oktober 2023, ada banyak seruan boikot terhadap perusahaan pro Israel.
Salah satu yang menjadi sasaran boikot adalah Starbucks, perusahaan kedai kopi asal Amerika Serikat (AS).
(Baca: Sekitar 200 Perusahaan Dukung Israel, Mayoritas dari AS)
Seruan pemboikotan Starbucks salah satunya dilatarbelakangi silang pendapat antara serikat pekerja dan manajemen perusahaan.
Pada Oktober 2023, tak lama setelah perang Israel-Hamas meletus, akun media sosial X bernama Starbucks Workers United mengunggah cuitan “Solidarity with Palestine!” dan “Once again, free Palestine.”
Namun, manajemen Starbucks menyatakan cuitan itu bukan dari serikat pekerja resmi mereka. Manajemen juga menyebut dukungan ke Palestina itu sebagai “misinformasi”.
“Kami sangat tidak setuju dengan pandangan kelompok yang mengatasnamakan Starbucks Workers United,” kata manajemen Starbucks dalam siaran persnya (17/10/2023).
“Kelompok itu tidak mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan kami,” kata manajemen Starbucks lagi.
Kendati tidak menyatakan dukungan eksplisit ke Israel, hal itu membuat banyak orang menganggap Starbucks berada di kubu Zionis. Seruan boikot terhadap produk mereka pun bermunculan.
Seruan itu salah satunya terlihat di TikTok, di mana penggunaan tagar #boycottstarbucks meningkat drastis sejak Oktober 2023.
Menurut data TikTok Creative Center, selama periode November-Desember 2023 tagar #boycottstarbucks sudah muncul di sekitar 9.000 unggahan video secara global. Pengguna tagarnya mayoritas dari Bahrain, Kanada, AS, Malaysia, dan Qatar.
Seiring dengan itu, harga saham Starbucks tercatat melorot sejak pertengahan November 2023, seperti terlihat pada grafik.
Sampai Rabu (6/12/2023), harga saham mereka berada di level US$97,02. Angka itu meningkat sekitar 1,5% dibanding sehari sebelumnya, tapi masih lebih rendah 6,7% dibanding sebulan lalu.
(Baca: Ini Perusahaan yang Membantu Pendudukan Israel di Palestina menurut PBB)