Jakarta–
Pemerhati kebencanaan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurna menyayangkan adanya 23 korban meninggal dunia karena letusan Gunung Marapi. Dia menyebut erupsi itu tidak terjadi tiba-tiba.
Gunung Marapi erupsi pada Minggu (3/12/2023) dan 23 jiwa menjadi korban. Saat terjadi erupsi, sebanyak 75 pendaki sedang berada di gunung dengan ketinggian 2.891 mdpl di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu. Pencarian korban dilakukan selama tiga hari, mulai Senin (4/12) hingga Rabu (6/12) oleh tim gabungan yang terdiri dari 300 personel.
Para pendaki itu merupakan mereka yang mendaftar secara online melalui situs Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar). Adanya ijin pendakian itu disorot. Sebab, Gunung Marapi berstatus waspada. Artinya, pendaki dan warga dilarang mendekati puncak hingga radius 3 km. Aktivitas erupsi Gunung Marapi sempat meningkat pada 7 Januari 2023, sehingga pihak berwenang menutup sementara jalur pendakian.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merilis status terbaru gunung api di Indonesia setiap dua bulan sekali. Lembaga itu sekaligus menyertakan rekomendasi akan status itu.
“Pertama dapat info bahwa Gunung Marapi erupsi pada hari Minggu, 3 Desember 2023, pukul 14:54 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 3000 m di atas puncak (± 5891 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur. Sebuah erupsi freatik yang lumayan besar, dibanding kecenderungan yang lazim sekitar 1 km,” kata Eko obrolan dengan detikTravel.
“Saat itu, saya berharap kawan-kawan pendaki tidak berada pada radius berbahaya, kurang dari 3 km. Ketika video beredar, saya masih menganggap mereka kena abu erupsi yang tidak terlalu parah. Ternyata, sebagian besar dari mereka berada sangat dekat dengan kawah. Beberapa berita menyampaikan kurang dari 1 kilometer,” dia menambahkan.
“Sebagai pencinta alam, saya merasakan duka yang mendalam, dan sangat menyayangkan jatuhnya korban. Sebagai pencinta alam, seharusnya tentu akan mengemukakan prinsip kehati-hatian dalam mendaki. Dalam status Waspada, semua pecinta alam faham, bahwa mereka hanya akan mendaki sampai radius aman. Saya menduga kawan-kawan pendaki tersebut kurang mengesplor informasi yang memadai tentang gunung api tersebut,” ujar Eko lagi.
Eko menilai banyaknya korban jiwa itu menjadi bukti adanya prosedur dan rambu-rambu keselamatan yang telah diabaikan. Dia menyebut andai rekomendasi itu dipatuhi maka korban meninggal dunia bisa dicegah.
“Tidak ada yang tiba-tiba. Buktinya, sudah diinformasikan bahwa sekarang dalam status Waspada. Ada SOP yang perlu diketahui masyarakat dan lembaga terkait atas rekomendasi dan tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, terutama warga di kawasan rawan erupsi gunung api,” Eko menegaskan.
Simak Video “Perdana Mendaki ke Gunung Marapi Berakhir Petaka”[Gambas:Video 20detik](fem/fem)