Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG – Harga beras dan tiket pesawat menjadi penyumbang inflasi mencapai 3,01 persen pada periode Februari 2024 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Secara tahunan harga beras menjadi penyumbang inflasi terbesar di NTT sama terjadi di seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Kemudian angkutan udara memberi andil inflasi di Waingapu, Maumere dan kota Kupang.
“Pendorong inflasi adalah beras dan tomat juga termasuk komoditas yang mendorong inflasi pada tingkat nasional. Kenaikan harga beras terjadi hampir di seluruh wilayah indonesia. Jadi, bukan hanya di NTT,”ungkap Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPS NTT), Matamira B Kale saat menyampaikan Berita Statistik Resmi di Aula Lantai 2 Kantor BPS NTT pada Jumat, 1 Maret 2024.
Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi y-on-y pada Februari 2024, antara lain beras, tarif angkutan udara, daging ayam ras, tarif kontrak rumah, sigaret kretek mesin (SKM), cabai rawit, ikan tembang, ayam hidup, nasi dengan lauk, gula pasir, emas perhiasan, kangkung, jeruk nipis/limau, bawang putih, tomat, ikan kembung, telur ayam ras, sigaret kretek tangan (SKT), sirih, sigaret putih mesin (SPM), tarif sewa rumah, ikan bakar, mie, kue basa, obat gosok, cabai merah, kentang, biaya print, bakso siap santap, ikan kakap merah, dan batako.
Baca juga: BPBD NTT Klaim Cadangan Beras 100 Ton Tiap Daerah
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Februari 2024 secara umum menunjukkan adanya kenaikan secara y-on-y tetapi terjadi penurunan jika dilihat secara m-to-m.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur di 5 kabupaten/kota, pada Februari 2024 terjadi inflasi y-on-y sebesar 3,01 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,90 pada Februari 2023 menjadi 106,00 pada Februari 2024. Tingkat inflasi m-to-m sebaliknya mengalami deflasi sebesar 0,16 persen dengan tingkat inflasi y-to-d sebesar 0,81 persen pada Februari 2024.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya 10 dari 11 indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,04 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,80 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,15 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,66 persen; kelompok transportasi sebesar 3,79 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,16 persen: kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,04 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,65 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,26 persen.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: pucuk labu, daun kelor, ikan tongkol, sawi hijau, bayam, bunga pepaya, ikan selar, pasir, sabun mandi, seng, telepon seluler, jantung pisang, kue bolu/tart, penyedap masakan/vetsin, pasta gigi, minyak goreng, besi beton, sabun detergen bubuk, ikan teri, ikan layang, terong, bahan bakar rumah tangga, semen, dan donat. Secara m-to-m, pada Februari 2024 terjadi deflasi sebesar 0,16 persen dimana terjadi penurunan harga pada 2 dari 11 kelompok pengeluaran.
Berita Tribunflores.com lainnya di Google News